BEDUG TERBESAR DI DUNIA
Mesjid Agung Darul Muttaqin yang terletak di alun-alun pusat kota Purworejo, Jawa Tengah sekira 50 menit perjalanan dari Yogyakarta. Mesjid ini dibangun pada masa Hindu yang memiliki empat pilar utama dan delapan pilar penyokong. Mesjid ini memiliki halaman yang luas dan menara yang tinggi.
Di dalam mesjid terdapat sebuah bedug terbesar di dunia bernama “Bedug Kyai Bagelen” yang digunakan untuk memberi tanda waktu sholat.
Bedug Kyai Bagelen dibunyikan setiap hari Jumat dan hari-hari besar. Walaupun sebagian dari kita beranggapan bahwa hanya digunakan ketika kita belum memiliki pengeras suara namun di mesjid ini masih digunakan Bedug Kyai Bagelen dibuat pada tahun 1762 tahun Jawa atau 1834 Masehi. Bedug raksasa dengan panjang mendekati tiga meteran itu dibuat dari pohon jati bercabang lima (Pendowo) yang berasal dari Dukuh Pendowo Desa Beragolan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Kulit bedugnya berasal dari kulit banteng ditambah dengan semacam Gong di dalam bedug tersebut yang makin menambah keunikan benda bersejarah itu, apalagi bedug itu menjadi salah satu saksi sejarah mengenang sepak terjang Cokrodiwiryo selama menjadi Bupati Purworejo pertama yang bergelar Cokronegoro.
Ia diangkat sebagai gubernur karena jasanya membantu Belanda melawan pemberontakan Pangeran Diponegoro sebagaimana yang terdapat di dalam Babad Diponegoro Lan Babad Nagari Purworejo yang ditulis dalam aksara Jawa dalam bentuk Macapat. Naskah yang ditulis oleh Raden Demang Cokrowirya itu juga mengisahkan perang Diponogoro yang beradipati di pulau Jawa pada kurun waktu 1825-1830. Naskah yang kini disimpan di Perpustakaan Nasional itu sebenarnya menceritakan pengalaman Cokrodiwiryo mendampingi Pangeran Kusuma Dilaga dalam memerangi pasukan Diponegoro di daerah Banyumas.
Setelah peperangan itu usai, dua tahun kemudian Cokrodiwiryo diangkat menjadi Bupati Purworejo, lalu selama pemerintahannya ia membuat bedug berukuran raksasa itu beserta dibangunnya mesjid di sebelah barat alun-alun, dan pembangunan itu merupakan salah satu upaya Cokronegoro untuk menarik simpati rakyat yang sebagian besar pada saat itu berpihak pada pasukan laskar rakyat Bagelen yang mendukung penuh perjuangan pangeran Diponegoro. Pasukan Laskar Rakyat Bagelen adalah pasukan andalan kerajaan Mataram Islam dalam setiap operasi militer termasuk pertempur-an melawan VOC di Batavia.
Nama 'Bagelen' menurut Prof. Purbatjaraka berasal dari kata 'Pengalihan' yang berarti daerah yang termasuk wilayah Galuh, menurut Purbatjaraka kata Galih adalah bentuk kromo (sopan) dari kata Galuh. Sedangkan Galuh atau Pegaluhan dalam kitab Nagara Kertagama masih disebut-sebut oleh Hayam Wuruk.
Berikut ukuran Bedug Kyai Bagelen dengan panjang rata-rata 292 cm, garis tengah depan 194 cm, garis tengah belakang 180 cm, keliling bagian depan 601 cm, keliling bagian belakang 564 cm, jumlah paku depan 120 buah, jumlah paku belakang 98 buah.
Hingga kini Bedug Kyai Bagelen selalu banyak dikunjungi wisatawan domestik karena keingintahuannya. Mereka yang mampir biasanya untuk bersembahyang lalu sambil beristirahat dengan melihat-lihat bedug yang amat tidak lazim kita saksikan karena ukurannya yang sangat besar dan menakjubkan.
Bagi para pelajar ataupun umum, rugi rasanya apabila tidak mampir di kota Purworejo yang memiliki kekayaan adat istiadat jawa, karena perjalanannya pun tidak jauh dari Yogyakarta yang juga merupakan daerah pusat kebudayaan peninggalan purbakala berupa candi-candi
